Ketika mendengar nama Chernobyl, kontan orang akan teringat pada sebuah sejarah kelam dalam dunia Ketenaganukliran. Sebuah tragedi yang menggemparkan dunia, yang mengingatkan semua orang akan peristiwa jatuhnya bom Atom di Hirosima dan Nagasaki yang menjadi awal dari akhir Perang Dunia II yang berkecamuk.
Trauma itu masih dapat dirasakan sampai sekarang, dan menjadikan setiap tanggal 26 April pukul 01.23 lonceng berdentang-dentang di Ukraina. Pada malam itu, mesikupun telah larut dan udara dingin menusuk – nusuk tulang, namun warga tetap terjaga. Mereka meletakkan bunga dan lilin di monumen korban bencana Chernobyl.
Tragedi itu jugalah yang menjadi senjata utama dari para aktivis “anti-nuklir” untuk mengenyahkan keberadaan PLTN di seluruh muka bumi. Tidak perduli betapa jauhnya perkembangan teknologi PLTN pasca tragedi Chernobyl. Tragedi ini juga merupakan sebuah berkah d balik bencana akan betapa pentingnya sebuah keamanan dan keselamatan sebuah desain PLTN dan menjadi batu lompatan sejarah bagi perkembangan keteneganukliran di dunia.
Jauh sebelum tragedi itu terjadi, banyak para ahli sudah mengira akan ketidakamanan dari desain reaktor Chernobyl yang tidak memiliki sungkup pelindung yang seharusnya ada dari sebuah desain PLTN.
Reaktor Chernobyl didirikan di atas tanah rawa di sebelah utara Ukraina, sekitar 80 mil sebelah utara Kiev berlokasi di koordinat 51,3872 LU 30,1114 BT. Terdapat 4 unit Reaktor yang beroperasi di kompleks PLTN Chernobyl, Reaktor unit 1 mulai beroperasi pada 1977, unit 2 pada 1978, unit 3 pada 1981, dan unit 4 pada 1983. Sebuah kota kecil, Pripyat, dibangun dekat PLTN Chernobyl untuk tempat tinggal pekerja pembangkit itu dan keluarganya.
Tipe PLTN Chernobyl ini dirancang untuk menghasilkan “plutonium” guna pembuatan senjata nuklir serta listrik. Tipe PLTN berfungsi ganda seperti ini memang tidak ada di negara-negara Barat, seperti, AS dan Prancis.
Reaktor Chernobyl merupakan Rektor Nuklir jenis RBMK yakni reaktor air mendidih (boiling water reactor/BWR) yang memiliki daya termal 3.200 MWt dengan moderator terbuat dari grafit (karbon). Pendinginnya adalah air biasa, yang dialirkan dari Sungai Pripyat setelah melalui proses destilasi, untuk kemudian dialirkan secara vertikal dengan inlet dibawah dan kemudian dididihkan di dalam reaktor untuk memproduksi uap bertekanan tinggi yang nantinya digunakan untuk memutar turbogenerator pembangkit listrik. Grafit dipilih sebagai moderator karena murah dan tersedia melimpah di Siberia.
Sebagai pengendali reaktor digunakan batang kendali dari batang boron karbida berujung grafit. Di antara ujung grafit dan batang boron karbida terdapat ruang kosong sepanjang 1 m yang bakal terisi air pendingin ketika dimasukkan ke dalam reaktor. Ada dua tipe batang kendali : manual dan otomatis. Sebagai bahan bakar digunakan Uranium diperkaya (kadar U-235 3,8 %) sejumlah 220 ton. Konsekuensinya ukuran reaktor RBMK-1000 memang besar.
Reaktor RBMK-1000 ini memiliki keunggulan dari sisi efisiensi yakni berkisar 34 %, bandingkan dengan Reaktor jenis PWR (Reaktor Air Tekan) yang memiliki efisiesnsi lebih kecil yakini berksisar 29 – 31 %. Reaktor RBMK-1000 ini juga memiliki keunggulan yakni dapat melakukan refuel (penggantian bahan bakar) tanpa mematikan reaktor sedangkan reaktor – reaktor jenis lainnya (kecuali PHWR-CANDU yang dipasarkan Canada) haruslah dimatikan terlebih dahulu untuk mengganti bahan bakarnya. .
Namun semua keunggulan itu ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kelemahan- kelemehannya. yakni
- Sebagai reaktor air mendidih bermoderator grafit, RBMK-1000 memiliki “problem gelembung”, yakni kondisi dimana terdapat gelembun – gelembung dalam pendingin saat proses pembentukan uap. Ini bisa mengacaukan pengendalian reaktor, karena gelembung – gelembung itu meningkatkan jumlah neutron lambat. Kondisi ini sangat dirasakan RBMK-1000 ketika berada dalam daya rendah, baik ketika dalam proses dinyalakan (start-up) maupun dimatikan (shut-down).
- Pada batang kendali. Grafit dan ruang kosong yang berisi air di batang kendali mengakibatkan peningkatan daya temporal di detik – detik pertama saat batang kendali masuk ke reaktor, karena sifat grafit dan air pendingin yang memoderasi neutron, maka bila terjadi kondisi batang kendali gagal masuk sepenuhnya karena macet. Hal ini menyebabkan sebagian boron karbidanya tidak bisa masuk, maka reaktor tidak bisa mati, malahan daya reaktor akan melambung terus.
- Aliran pendingin. Dengan model aliran vertikal dan inletnya dari bawah, maka suhu pendingin di dalam reaktor jadi takhomogen, dimana suhu di bagian atas lebih besar dibanding suhu pada bagian bawah. Kondisi ini bisa berbahaya jika terjadi penguapan total pada bagian atas sehingga bahan bakar disana tak terdinginkan sepenuhnya. Selain bisa meningkatkan daya secara mendadak, kondisi ini juga beresiko pada melelehnya bahan bakar. Pendinginan vertikal juga memaksa pompa pendingin untuk terus menerus bekerja meski daya reaktor sudah sangat rendah sehingga tidak sanggup lagi membangkitkan listrik yang cukup.
- Sebagai reaktor berukuran besar, RBMK-1000 hanya dilindungi oleh satu lapis dinding beton tipis guna menghemat biaya. Inilah sebuah cacat fatal dimana tidak ada sistem pelindung ganda sebanyak lima lapis sebagaimana yang distandarkan pada reaktor2 tipe lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan terlepasnya radioisotop ke lingkungan jika terjadi kecelakaan lebih besar jika dibandingan dengan reaktor- reaktor jenis lain.
Kelemahan – kelemahan inilah ditambah manajemen PLTN yang tidak profesional yang tidak berpengalaman sama sekali dalam pengoperasian sebuah reaktor bertenaga besar yakni. V.P. Bryukhanov, sang direktur, hanya berpengalaman di PLTU tanpa pernah sekalipun ke PLTN. Nikolai Fomin, seorang insinyur kepala, juga lama bekerja di lingkungan PLTU. Hanya Anatoliy Dyatlov, wakil insinyur kepala, yang pernah bekerja dengan reaktor yang itupun hanya pada reaktor berdaya rendah.
Diduga kuat pemilihan manajemen tidak didasarkan pada keahlian dan kemampuannya dalam teknologi nuklir, namun lebih didasarkan pada loyalitasnya terhadap Partai Komunis Uni Soviet. Manajemen juga tidak pernah diberitahu otoritas ketenaganukliran Uni Soviet tentang sifat khas RBMK-1000 dan prosedur operasi daruratnya ketika berada dalam daya rendah. Singkatnya, manajemen ‘buta’ terhadap titik2 lemah RBMK-1000. Kombinasi cacat desain dan manajemen yang buruk inilah yang akhirnya berpuncak pada tragedi 26 April 1986.
Bersambung..